Mau Ngonten Mulai Dari Mana?

Hai, saya Tira.

Setiap minggunya, Kreatif Mingguan akan meng-update kamu dengan 3 tema: Dunia kreatif, komunikasi & solopreneurship | personal things | dan pemikiran random

Berikut adalah menu untuk minggu ini:

  1. Kreatif & Komunikasi: Mau Ngonten Mulai Dari Mana Ya?

  2. Personal: Sistem Produktivitas Sederhana Saya

  3. Random: Simbol Status anak 80an

1. Mau Ngonten Mulai Dari Mana, Ya?

Ini adalah pertanyaan yang sering masuk ke reply atau DM social media saya. Pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu karena jawabannya sudah ada di dalam pertanyaan tersebut

Mau Ngonten Mulai Dari Mana Ya?

Jawabannya ya mulai aja dulu.

Pertanyaan “mulai dari mana ya?” bisa datang karena 2 hal:

  1. Ketidaktahuan sama sekali tentang proses membuat konten, walaupun saya yakin sebenarnya mereka tahu prosesnya seperti apa.

    Mau bikin video youtube?
    Ya tinggal record pakai kamera handphone lalu upload. Beres.

    Mau nulis blog?
    Tinggal ketik, lalu publish di Medium, Substack atau Ghost.

    Mau bikin podcast?
    Tinggal siapkan materi, rekam, lalu publish.

    Seriously, content creating is not a rocket science, guys 😄

  2. Keinginan yang besar agar konten pertamanya akan tampil dengan sempurna, sehingga audience akan suka lalu akunnya akan naik secara drastis dalam semalam.

    I can convince you this is not gonna happen 😂

Mindset yang harus ada pada saat pertama kali membuat konten adalah menyadari sepenuhnya (sekaligus legowo) bahwa konten kalian akan jelek dan nggak akan ada yang peduli kecuali teman dekat, keluarga dan circle kecil kalian. Itu pun karena kalian maksa mereka buat nonton konten kalian.

Tujuan bikin konten pertama itu bukan bagus,

tapi selesai.

Apanya yang selesai? Prosesnya. Mulai dari kepikiran ide konten hingga publish.

Konten udah upload? Mission accomplished.

Next.

Jadi, pada saat kalian kepikiran mau mulai bikin konten, nggak usah tanya ke mana pun, langsung aja lakukan 3 hal berikut:

  1. Pikirkan idenya

  2. Pilih medianya

  3. Eksekusi produksinya.

Langsung saya kasih contoh aja ya. Dan sepertinya, tidak ada contoh yang lebih baik selain dari melihat konten pertama saya di ranah internet.

Throwback sedikit, ide bikin konten ini saya dapat ketika saya sedang berada di Poins Square dan melihat banyak sekali game-game bajakan yang justru harganya lebih mahal dari game asli yang ada di steam. Trigger yang membuat saya ingin membahas banyak hal terkait dengan fenomena ini. Ini ide yang terlintas di benak saya pada saat itu. Dan pada saat itu, saya belum terpikirkan akan membuat video youtube, saya cuma ingin menyampaikan banyak hal terkait dengan situasi ini.

Selanjutnya, saya harus memilih media apa yang akan saya gunakan untuk menyampaikan ide saya tersebut. Karena pada saat itu youtube termasuk media baru di Indonesia, sepertinya menarik kalau saya bikin video tentang tema ini.

Tahap berikutnya adalah saya harus mencari cara bagaimana membuat video dengan proses yang simple, secara saya belum pernah sekalipun membuat video untuk kepentingan pribadi. Akhirnya setelah script selesai, saya pun langsung merekam voice over menggunakan headset yang biasa saya gunakan untuk gaming, sekaligus screenrecord game yang saya mainkan untuk menambah visualnya.

Akhirnya, jadi deh konten video pertama saya. 9 tahun berlalu, saya pun telah membuat konten youtube sebanyak 725 video (tidak termasuk media lain seperti instagram, dll)

Setiap kali ada yang bertanya kepada saya:
“Tips sukses jadi content creator, dong”
Saya selalu menjawab:
”Coba aja bikin 700 video dulu, masa iya nggak sukses. Kalaupun belum sukses, setidaknya udah sukses bikin ratusan video”

Seperti kata Bruce Lee:
I fear not the man who has practiced 10,000 kicks once, but I fear the man who has practiced one kick 10,000 times.

2. Kembali ke….. Post It.

Setelah mencoba berbagai macam aplikasi produktivitas & reminder, akhirnya saya kembali ke tools yang paling canggih dan ampuh untuk pekerjaan saya yaitu post it.

Client projects mulai kembali berdatangan, ditambah dengan aktivitas develop & maintain products, serta membuat konten rutin untuk social media. To do list yang mulai banyak ini mengharuskan saya untuk lebih organized sehingga semua pekerjaan bisa terselesaikan.

Di Kreatif Mingguan edisi kali ini, saya akan coba share seperti sistem produktivitas yang saya lakukan sehari-hari, siapa tahu bisa menjadi referensi untuk kalian yang belum mempunyai sistem produktivitas.

Disclaimer! Apa yang saya share ini belum tentu cocok dengan workflow kalian karena scope pekerjaan kita mungkin jauh berbeda. Dan ini konteksnya hanya pekerjaan, tidak termasuk aktivitas pribadi.

Konsep
Saya ingin mempunyai sistem produktivitas yang simple, berfungsi sebagai to-do list/reminder namun tetap fleksibel dengan waktu yang saya punya.

Tools
Post it notes.


Workflow
Saya membagi hari saya menjadi 3 kategori pekerjaan besar yang bisa saya lakukan. Dari ketiga kategori ini, mana yang akan saya lakukan atau seperti apa urutannya, itu tergantung dari skala prioritas yang ada di dalam pekerjaan-pekerjaan kecil. 3 kategori tersebut adalah:

1. Business
Ini adalah jenis pekerjaan yang mendatangkan income secara langsung atau punya potensi ke arah itu. Contoh: build new product atau maintain existing product, brainstorm marketing/selling strategy, bikin konten buat client project, meeting dengan klien/prospek dll.

2. Content
Ini jenis pekerjaan yang tidak langsung mendapatkan income, namun bisa berfungsi sebagai marketing dan komunikasi untuk brand atau produk kita. Contoh: bikin IG Reels, video youtube, menulis post di Threads, atau menyiapkan materi newsletter.

3. Admin
Sesuai namanya, ini jenis pekerjaan administratif.
Contohnya: korespondensi email, balas chat & follow up klien, invoicing, customer service, hingga maintenance website.

Jadi setiap hari di waktu pagi, saya melihat 3 kategori ini dan menentukan mana yang akan saya kerjakan secara urutan dan seperti apa skala prioritasnya.

Sistem ini cukup efektif karena saya bisa tetap produktif, namun di satu sisi laintetap punya fleksibilitas waktu untuk melakukan hal lain di luar pekerjaan.

3. Tas Presiden dan Simbol Status

Untuk anak 80 & 90an, simbol status yang membedakan “Si Kaya” dan sisanya adalah: tempat pensil mekanik, jam tangan robot dan tas President.

Setelah dewasa, saya baru bisa memberikan kesimpulan atau setidaknya analisis bahwa alasan Tas President ini menjadi simbol status anak-anak pada saat itu adalah karena tampilannya yang berbeda dengan tas-tas lain, President melakukan strategi product differentiation dengan mendesain produk yang unik.

Di era itu, simbol kesuksesan orang dewasa secara karir biasa ditampilkan dengan pria matang berpakaian jas dan membawa koper, yang mungkin di dalamnya berisi dokumen-dokumen penting. Image ini pula yang ingin dibangun di segmentasi tas sekolah untuk anak-anak, ditambah dengan nama brand yang menyimbolkan sebuah status yang tinggi.

Ada yang pernah pergi ke sekolah dengan koper President ini? 😊

Sekian edisi Kreatif Mingguan kali ini. Semoga suka❤️

Silakan reply dengan tanggapan atau update versi kalian ya.

Sampa jumpa di edisi selanjutnya.

Kalau kalian ingin meningkatkan skill komunikasi dan kreatif, saya punya 3 produk untuk kalian:

1. Kursus Copywriting untuk Pemula:
Lebih dari 40 materi video dengan durasi 2 jam lebih. Telah diikuti lebih 600 orang peserta.

2. Kursus Cara Membuat Campaign Promo
Kursus singkat yang berisi study case dari kesuksesan salah satu campaign promo TB Kreatif Suka Karya.

Ssst..🤫 Saya punya kode promo. Masukkan kode “RUBAH” saat checkout produk ini dan dapatkan diskon 10%

3. eBook Strategi Call To Action
Berisi tentang strategi membuat CTA yang efektif. Dilengkapi dengan 50 lebih contoh CTA.

Kalau kamu suka dengan tulisan saya, silakan share ya 😍