- Kreatif Mingguan
- Posts
- 3 Cara Membangun Portfolio Untuk Copywriter Pemula.
3 Cara Membangun Portfolio Untuk Copywriter Pemula.
Nomor 3 bisa menghasilkan uang juga, lho
“Gimana sih bikin portfolio untuk yang ingin memulai karir sebagai Copywriter?”
Ini adalah pertanyaan yang cukup sering ditanyakan kepada saya. Dan saya mengerti kesulitan terkait dengan situasi ini.
Sebuah lingkaran setan tak berujung:“Mau melamar kerja butuh portfolio, namun gimana caranya punya portfolio kalau belum pernah diterima kerja”
Portfolio adalah resume dari berbagai project yang pernah kita kerjakan dan bisa dijadikan penilaian seberapa capable kita dalam melakukan pekerjaan di posisi tersebut.
Di dunia kreatif advertising sendiri, biasanya portfolio kita menunjukkan beberapa hal misalnya:
Klien dan brand yang pernah dipegang
Presentasi study case yang menjabarkan solusi dan ide kreatif dari sebuah campaign
Materi kreatif
Sangat mudah membangun portfolio apabila seseorang telah masuk ke dalam lingkungan profesional karena otomatis sudah terlibat dengan berbagai macam project dan menangani berbagai macam klien. Pertanyaannya adalah:“Bagaimana dengan mereka yang baru ingin memulai karirnya sebagai copywriter?”
Pertanyaan ini sangat relate dengan para fresh graduate, atau kalian yang ingin pindah jalur karir ke dunia kreatif advertising.
Well, sebagai seorang copywriter yang dulu memulai karir di era sebelum hadirnya media sosial, saya bisa bilang bahwa sekarang keadaannya jauh lebih mudah. Dulu, saya pun berada di posisi yang sama dengan kalian, yaitu tidak mempunyai portfolio yang cukup bagus untuk ditunjukkan. Saya ingat pada saat itu saya hanya menunjukkan study case dari Tugas Karya Akhir (TKA) dan beberapa tugas kuliah saya.
Dan menjawab pertanyaan “bagaimana menyusun portfolio tanpa pengalaman kerja?”Jawabannya adalah: Personal Project.
Menurut saya, portfolio tidak lain hanyalah sebuah cara untuk menampilkan kemampuan kita dalam memberikan solusi atas sebuah masalah, dalam hal ini komunikasi marketing, dengan ide-ide kreatif kita. Ya tentu saja, portfolio dengan real client with real problem and real solution, menjadi nilai tambah tersediri. Namun, dengan personal project pun kita bisa mensimulasikan kemampuan tersebut.
Dalam sebuah portfolio kreatif, hanya ada dua hal penting yang harus ter-higlight:1. Apa problemnya?2. Bagaimana solusi kreatifnya?
Dan dengan hadirnya sosial media, membuat berbagai personal project yang bisa dijadikan portfolio, menjadi semakin mudah. Setiap kita pasti mempunyai berbagai akun social media seperti instagram atau twitter. Well, itu adalah salah satu bentuk media komunikasi, dan follower kalian adalah target audience kalian. Pergunakan “mindset” ini untuk membuat campaign komunikasi ala kalian sendiri.
Berikut dua ide yang bisa kalian lakukan:
Bikin campaign iklan ala-ala dan share ke akun media sosialCoba ambil salah satu produk dari suatu brand, lalu pikirkan tentang ide komunikasi dari produk tersebut. Copywritingnya seperti apa? Tulis headline, body copy dan taglinenya. Bayangkan juga tampilan visual iklannya seperti apa. Lalu produksi sendiri iklan tersebut dengan menggunakan smartphone. Share hasilnya ke media sosial kalian.
Bantu UKM di sekitar kalianSkill komunikasi yang kalian miliki bisa dipergunakan untuk membantu UKM di lingkungan sekitar untuk mempromosikan usaha mereka. Coba bikin campaign kecil-kecilan menggunakan media sosial untuk membantu mereka. Misalnya branding, atau sesimpel menuliskan copywriting untuk jualan.
Menggunakan link affiliate e-commerce untuk melatih copywritingManfaatkan program affiliate yang ada pada e-commerce seperti tokopedia dan shopee untuk melatih skill copywriting kalian khususnya terkait dengan penulisan CTA (Call To Action). Caranya, pilih salah satu barang yang ada di e-commerce tersebut, lalu bikin link affiliatenya. Kemudian share tentang barang tersebut, misalnya dengan cara mereview, dan diakhiri dengan menyisipkan link affiliate yang dibungkus dengan kalimat Call To Action agar follower kalian juga tertarik untuk membelinya. Yang menarik dari cara ini adalah kalian bisa mengukur efektifitas dari komunikasi kalian dengan cara melihat data analitiknya. Plus, bisa menghasilkan uang juga :)Pertanyaannya adalah, apakah project-project tersebut bisa dimasukkan ke dalam portfolio kita sebagai praktisi kreatif? Tentu aja bisa karena hal-hal tadi adalah sebuah simulasi memecahkan masalah komunikasi dengan menggunakan ide-ide kreatif yang kita miliki. Dan di dunia kerja nantinya, itu pula yang akan kita lakukan sehari-harinya.
Sekian dulu episode NulisLetter kali ini. Apakah edisi ini cukup bermanfaat untuk kalian? Ada pendapat lain atau hal yang ingin didiskusikan lebih lanjut, tulis di kolom komentar ya.
Sampai minggu depan,-tira-